Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, tidak serta-merta bahwa Indonesia sama sekali benar-benar lepas dari ancaman yang dilakukan oleh bangsa asing. Sehingga perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia perlu dilakukan agar Indonesia tidak kembali dikuasai oleh bangsa asing.


Sekutu sebagai pemenang Perang Dunia II telah mempersiapkan pasukannya yang tergabung di dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indisch). Tentara AFNEI ini terdiri dari KNIL (Koninklijk Netherlands Indisch Lager) dan NICA (Netherlandsch Indisch Civil Administration). Adapun tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut.
 

1. Menerima penyerahan senjata dari tangan Jepang;

2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;

3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan;

4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil;

5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan pengadilan.

Setelah mencapai kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Indonesia segera membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang ditujukan untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia dari serangan asing. Pertempuran pun tidak dapat terelakkan antara pihak Indonesia dan Sekutu. Berikut ini adalah serangkaian pertempuran antara Indonesia dengan Sekutu;
 

1. Pertempuran Surabaya


Pada 25 Oktober 1945 bagian dari Divisi India ke-23 yang mendapat tugas dari panglima AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan interniran Sekutu yang dipimpin oleh Brigadier A.W.S. Mallaby mendarat di Kota Surabaya. Sekutu dapat meyakinkan Pemerintah Indonesia bahwa mereka berjanji tidak akan menggangu urusan politik bangsa Indonesia dan mereka juga menyatakan bahwa diantara mereka tidak terdapat tentara Belanda.


Namun, di dalam pasukan AFNEI terdapat NICA yang memiliki tujuan untuk menegakkan kembali kolonialisme dan imperialisme Belanda di Indonesia. Sebagai upaya untuk menegakkan kembali kolonialisme dan imperialisme Belanda adalah pada tanggal 26 Oktober 1945 satu pleton dari Field Security Section melakukan penyergapan di Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer (seorang Kolonel Angkatan Laut Belanda) dan kawan-kawannya. 

Tindakan AFNEI yang dikomando oleh Inggris tidak berhenti sampai disitu, pada 27 Oktober 1945 mereka menyebarkan pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari pihak Jepang. 

Pemerintah Indonesia pun segera melakukan pertemuan dengan A. W. S. Mallaby untuk meminta konfirmasi mengenai hal tersebut. Namun, A. W. S. Mallaby menyatakan bahwa ia tidak mengetahui dan tidak mempedulikan tentang hal tersebut. Akan tetapi, menurut A. W. S. Mallaby jika itu merupakan perintah yang dikeluarkan oleh Inggris maka dirinya akan tetap menjalankan sesuai dengan apa yang telah diperintahkan.


Pada 27 Oktober 1945 merupakan kontak senjata pertama antara pemuda Surabaya dan tentara Inggris, peristiwa tersebut mulai bertambah kritis hingga Inggris merasa tidak nyaman akan posisinya. Untuk itu Inggis meminta kepada Presiden Soekarno agar pihak Indonesia menghentikan serangan tersebut. Tetapi sialnya, Brigjen. A. W. S. Mallaby tewas dalam bentrokan antara pemuda Surabaya dengan tentara Inggris. Mendengar pemimpinnya gugur, Inggris mulai mendatangkan pasukannya ke Indonesia, selain itu tanggal 9 November 1945 Inggris mengirimkan ultimatum yang intinya menghina dan merendahkan harga diri bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi pemicu terjadinya pertempuran surabaya 10 November 1945
 

2. Pertempuran Ambarawa


Pertempuran Ambarawa ini berlangsung antara 20 November sampai 15 Desember 1945. Pertempuran Ambarawa disebabkan oleh adanya insiden yang terjadi di Magelang saat Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 mendarat di Kota Semarang yang dipimpin oleh Brigadier Bethell. Divisi ini mempunyai tujuan yang sama seperti halnya di Surabaya, hingga insiden itupun pecah pada tanggal 26 Oktober 1945 di Magelang. Insiden ini berhenti setelah Presiden dan Sekutu mengadakan perundingan untuk melakukan genjatan senjata pada tanggal 2 November 1945.


Pada 20 November 1945  di Ambarawa terjadi pertempuran antara TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan tentara Inggris, karena banyaknya serangan yang dilakukan oleh tentara Ingggris maka 21 November 1945 pasukan TKR melakukan serangan fajar dengan tujuan memukul mundur pasukan Inggris yang menduduki desa Pingit. Akhirnya pada 15 Desember 1945 Inggris meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Kota Semarang.
 

3. Pertempuran Medan Area


Selain di Surabaya dan Semarang, pasukan Sekutu yang berada dibawah pimpinan T.E.D. Kelly mendarat di Sumatra Utara 9 Oktober 1945. Yang mengejutkan adalah ikut sertanya NICA dalam rombongan sekutu yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Pemerintah Indonesia yang berada di Sumatra Utara mengizinkan tentara Sekutu untuk menempati beberapa hotel yang terletak di kota Medan. Hal itu karena semata-mata untuk menghormati tugas mereka saja di Indonesia yang pada awalnya tidak akan mengusik pemerintah Indonesia. 

Sehari setelah pendaratan, RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees) mendatangi kamp-kamp tawanan di beberapa daerah untuk membantu membebaskan para tawanan dan dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur M. Hassan. Ternyata hal yang mengherankan adalah kelompok mereka langsung dibentuk menjadi medan Batalyon KNIL. Sikap ini menimbulkan berbagai insiden yang dilakukan secara spontan oleh para pemuda di Kota Medan, tepatnya pada 13 Oktober 1945 merupakan awal insiden yang dipicu oleh seorang penghuni hotel yang menginjak-injak lencana Merah Putih yang dipakai oleh seseorang yang ditemuinya.


Pada 1 Desember 1945 beberapa papan dipasang dengan bertuliskan Fixed Boundaris Medan Area diberbagai penjuru kota oleh pihak Sekutu, sehingga dikenallah dengan istilah Medan Area. Tindakan yang dilakukan oleh Sekutu ini adalah tantangan bagi para pemuda karena pihak Inggris dan NICA melakukan aksi pembersihan terhadap unsur -unsur Republik. Aksi yang dilakukan oleh Inggris dan NICA tersebut mendapat balasan dari para pemuda sehingga banyak daerah yang menjadi tidak aman. Inggris pun juga mulai mengancam pihak pemuda sehingga perlawanan yang terjadi antara pemuda Kota Medan dengan pihak Sekutu pun yang dikomandoi oleh Inggris juga terus memuncak. Meskipun mendapatkan perlawanan dari para pemuda, dengan berbagai cara Inggris berhasil menguasai Kota Medan.
 

4. Pertempuran Bandung Lautan Api


Pada 12 Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigjen. Mac Donald pasukan Inggris tiba di Kota Bandung. Kedatangan pasukan Inggris langsung mendapatkan sambutan perlawanan dari para pemuda di mana pada 24 November 1945 TKR dan badan perjuangan lainnya melancarkan serangan terhadap kedudukan Inggris di Kota Bandung. Pada 27 November 1945, Mac Donald menyampaikan ultimatum agar para penduduk mengosongkan Bandung Utara. Jawaban dari ultimatum tersebut adalah berdirinya pos-pos gerilya diberbagai tempat, sehingga selama bulan Desember pun terjadi beberapa pertempuran.


Selama berlangsungnya pertempuran, banyak serdadu India yang menjadi bagian Inggris, melakukan desersi dan bergabung dengan pasukan Indonesia. Pihak Inggris akhirnya meminta kepada panglima devisi tiga agar pasuka India tersebut diserahkan kepada mereka. Pada 23 Maret 1946 mereka memberikan ultimatum kepada Perdana Menteri Sutan Sjahrir agar bangsa Indonesia meninggalkan Bandung, tetapi hal itu ditolak secara tegas karena hal tersebut dirasa tidak mungkin. Namun, dengan alasan untuk menyelamatkan TRI dari kehancuran, Sutan Sjahrir kemudian mendesak A. H. Nasution agar ultimatum tersebut dipenui, karena Sutan Sjahrir merasa bahwa TRI belum mampu menghadapi pasukan Inggris.

A. H. Nasution pun akhirnya sekali lagi menghubungi Inggris agar batas waktu tersebut diperpanjang tetapi hasilnya Inggris tetap menolak dan sebaliknya A. H. Nasution pun juga menolak tawaran Inggris untuk meminjamkan truk untuk mengangkut pasukan Indonesia.


Dalam pertemuan antara A. H. Nasution dan para komandan TRI, para pemimpin laskar dan aparat pemerintahan mencapai kesepakatan yaitu akan membumi hanguskan Bandung sebelum tempat itu ditinggalkan. Akhirnya tempat pertama yang dibumi hanguskan adalah Bank Rakyat, dan dilanjutkan ditempat penting lainya. Selain itu anggota TRI juga membakar asrama mereka sendiri, akhirnya 24 Maret 1946 semua orang meninggalkan Bandung yang saat itu sudah menjadi lautan api.


Itulah sedikit penjelasan tentang pertempuran-pertempuran yang terjadi dalam upaya perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Semoga membantu dan memberikan manfaat.

Lebih baru Lebih lama