Kehidupan Peradaban Lembah Sungai Kuning

Kehidupan Peradaban Lembah Sungai Kuning

Kehidupan Peradaban Lembah Sungai Kuning - Peradaban Lembah Sungai Kuning adalah salah satu peradaban tertua di dalam perkembangan peradaban manusia. Letaknya yang terisolasi dari peradaban manapun yang telah berkembang terlebih dahulu (Mesopotamia dan Mesir) menjadikan peradaban Lembah Sungai Kuning atau Cina Kuno memiliki karakteristiknya yang khas. Berikut ini adalah penjelasan singkat tentang kehidupan peradaban Lembah Sungai Kuning atau Peradaban Cina Kuno

Tata Kota Peradaban Lembah Sungai Kuning


Unsur-unsur tertua peradapan bangsa Cina kuno terdapat di Lembah Sungai Kuning ( Hwang-Ho ) sekitar abad 300 SM. Sungai Kuning berhulu di pegunungan Kwen Lun di Tibet dan bermuara di Teluk Tsii-Li di Laut Kuning. Sungai yang sangat panjang ini membawa lumpur kuning yang sangat subur. Daerah-daerah yang dilalui aliran Sungai ini memilikki tanah pertanian yang cukup luas, daerah ini di diami oleh bangsa Cina Kuno. Bangsa-bangsa kelana ( nomaden ) seperti bangsa Syung-Nu, Tibet, dan Mongol selalu berusaha menyerbu daerah-daerah subur dilembah sungai kuning, sehingga sering kali terjadi peperangan.

Untuk menghindari penyerbuan bangsa Kelana, dibangunlah sebuah tembok besar ( The Great Wall Of Cina ) yang panjangnya mencapai 3.000 Km dengan tinggi rata-rata mencapai 16 m. Bangunan kolosal ini dirintis pada masa pemerintahan Dinasti Chin ( 221-206 SM ) penyelesaiannya dilakukan pada masa pemerintahan Raja-Raja Dinasti Ming (1368-1644 M).

Dengan adanya tembok besar Cina ini, pusat pemerintahan dan pemukiman bangsa Cina kuno dikelilingi tembok raksasa tersebut.Pusat pemerintahan dan rumah-rumah penduduk telah dibangun secara teratur dengan menggunakan batu bata. jalan-jalan raya juga di bangun untuk mempelancar hubungan antar daerah.  

Sistem Pertanian Peradaban Lembah Sungai Kuning


Kesuburan daerah lembah sungai kuning ini menyebabkan sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Sejak tahun 3.000 SM bangsa Cina Kuno telah mengenal sistem pertanian.

Perkembangan Teknologi Peradaban Lembah Sungai Kuning


Sekitar tahun 3.000 SM bangsa Cina Kuno telah memiliki pengetahuan teknologi yang cukup tinggi. Hal ini terbukti dari sisa peninggalan yang ditemukan didaerah Lembah Sungai kuning seperti Tembok Raksasa, alat-alat rumah tangga, kuil, dan sebagainya.

Perkembangan Aksara Peradaban Lembah Sungai Kuning


Bahasa Cina disetiap wilayah berbeda-beda hal ini menyulitkan hubungan komunikasi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Tulisan mereka terdiri dari huruf Pectograf, yaitu huruf yang merupakan gambar dan setiap gambar merupakan satu kata. Pada permulaan abad ke-20 dikembangkan pemakaian bahasa persatuan, yaitu bahasa Kuo-Yu.

Perkembangan Sistem Pemerintahan Peradaban Lembah Sungai Kuning


Berdasarkan peninggalan-peninggalan purbakala, kerajaan Cina tertua berada dibawah penguasa Dinasti Hsia yang kemudian diganti oleh Dinasti Yin antara 1700-1500 SM. Kedua Dinasti ini tidak meninggalkan benda-benda tertulis, oleh sebab itu zaman pemerintahan kedua Dinasti ini dianggap sebagai zaman prasejarah bangsa Cina.

Dinasti ketiga adalah Dinasti Chuo yang memerintah antara 1050-221 SM. Dinasti ini dianggap sebagai peletak dasar sistem feodalisme Cina. Dinegeri feodal ini,raja Tiongkok berkedudukan dipusat ibukota dengan gelar Shi Huang Ti ( raja besar ). Disetiap daerah dikuasai oleh raja-raja bawahan. Pada tahun 221 SM Dinasti Chou dijatuhkan oleh Dinasti Chin. Raja yang terkenal dari dinasti ini adalah Chieng. Setelah ia meninggal pada tahun 202 SM, kerajaannya terpecah belah yang kemudian dipersatukan kembali oleh dinasti Han.

Dinasti Han mulai memerintah dari tahun 202 SM sampai 221 M. Dinasti ini didirikan oleh seorang raja yang bernama Kau-Cu. Raja terbesar dari Dinasti Han adalah Han Wu Ti ( 140-87 SM ). Setelah Han Wu Ti meninggal, kerajaannya terus mengalami kemunduran, dan akhirnya terpecah belah menjadi daerah-daerah kecil yang diperintah oleh para panglima-panglima daerah. Dinasti yang kemudian mengganti Dinasti Han adalah Dinasti Sui ( 589-618 M ). Raja yang terkenal dari Dinasti Sui adalah Sui Yang Ti ( 589-605 M ). Dinasti ini akhirnya mengalami kehancuran karena sering terjadi perebutan kekuasaan.

Pada tahun 618 M muncul Dinasti baru yaitu Dinasti Tang ( 618-906 M ). Raja yang terkenal dari Dinasti Tang adalah Tang-Tai-Tsung yang berkuasa pada tahun 672-649 M. Setelah ia meninggal dinasti Tang digantikan dengan Dinasti Sung. Dinasti Sung ini terpecah menjadi dua bagian yaitu Sung Utara ( 960-1127 M ) dan Sung Selatan ( 1127-1279 M ) yang beribu kota di Nan-King.

Dinasti Sung mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan raja Sung Jen-Tsung ( 1023-1063 M ), Dinasti Sung mengalami kehancuran karena terus menerus diserbu oleh bangsa Syung-Nu dan bangsa Mongolia.

Pada tahun 1260 bangsa Mongolia mendirikan Dinasti Mongol di Cina dengan kaisar yang terkenal Khubilai Khan ( 1260-1294 M). Setelah bangsa Cina berhasil mengusir bangsa Mongol, berdirilah Dinasti Ming ( 1398-1644 M ). Rajanya yang terkenal bernama Yung Lo. Pada masa pemeritahannya ia menginginkan kembalinya kebudayaan Cina  kedasar yang asli. Selain itu ia juga berusaha meningkatkan hubungan perdagangan dengan bangsa lain. Untuk kepentingan perdagangan ini, Yung Lo mengutus Cheng Ho mengunjungi negara-negara yang ada di Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada tahun 1408-1412.

Pada tahun 1614 kekuasaan beralih ketangan Dinasti Mantsyu ( Mancuria ) yang memerintah hingga tahun 1912. Kekuasaan Mantsyu ini berakhir karena terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh kaum revolusioner dibawah pimpinan Dr. Sun Yat Sen.

Perkembangan Filsafat Peradaban Lembah Sungai Kuning


Sejak zaman Cina Kuno, bangsa Cina telah memilikki sejumlah ahli sastra, filsafat, dan politik yang sampai saat ini masih dikenal dunia. Ahli-ahli tersebut adalah :

a. Lao-Tse (604-531 SM)


Lao Tse atau Lao Tzu terkenal dengan ajarannya yang disebut Taoisme. Ajaran Tao ini ditemukan dalam bukunya yang berjudul Tao-Teking. Ajaran Tao ini mengemukakan bahwa, agar dunia ini aman dan tertib maka setiap orang harus menjalankan Wu-Wei ( tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pekerjaaannya ). Dengan demikan dunia ini akan tetap tertib ( Tao ).

b. Kung Fu–Tse (551-479 SM)


Kung Fu-Tse atau yang lebih sering dikenal dengan nama Konfusius lahir pada tahun 551 SM dan meninggal pada tahun 479 SM. Ajarannya berdasarkan Tao seperti yang diajarkan oleh Lao-Tse dengan tambahan bahwa ketertiban ( Tao ) dapat dicapai apabila perbuatan manusia disertai dengan Te atau kebajikan ( susila ) jika kebajikan itu dijalankan maka akan tercapai Li atau teraturnya susunan pemeritahan, tata negara, dan agama. Seandainya Te tidak ada maka bangsa di negara akan kacau. Menurut masyarakat Tiongkok yang pada saat itu sering terjadi kekacauan karena tidak seorang pun yang menjalankan Te. Oleh karena itu Kung Fu-Tse menghimbau agar setiap orang kembali menjalankan Te, sehingga dengan sendirinya Li atau susunan masyarakat kembali normal.

c. Meng-Tse (327-289 SM)


Meng-Tse oleh bangsa barat dikenal dengan nama Mencius. Ia adalah seorang penganut ajaran Confusius. Ada sedikit perbedaan ajarannya dengan ajaran Kung Fu-Tse.  Confusius mengutamakan ajarannya pada kalangan bangsawan istana karena ia beranggapan bhwa suatu masyarakat akan tertib apabila pimpinannya terlebih dahulu menjalankan Te, sedangkan Men-Tse lebih menitik beratkan ajarannya kepada kalangan rakyat jelata. Ia berpendapat yang lebih utama dalam suatu masyarakat atau negara adalah rakyatnya. Oleh karena itu ia dianggap sebagai peletak dasar ajaran demokrasi bagi masyarakat Cina.

Sistem Kepercayaan Peradaban Lembah Sungai Kuning


Kepercayaan masyarakat Cina Kuno bersifat Polytheis. Mereka percaya dan menyembah berbagai dewa diantaranya :

a. Dewa Pa ( dewa penguasa musim kemarau )
b. Dewa Le-Shi ( dewa angin topan berbentuk naga besar )
c. Dewa Tai-Shan ( dewa empat serangkai yang bertahta dibukit suci )
d. Dewa Ho-Po ( dewa sungai  Hwang-Ho yang berbadan manusia sambil mengendarai dua ekor naga ). Setiap tahun diadakan upacara untuk menyenangkan dewa Ho-Po agar tidak terjadi banjir. Dalam upacara itu dipersembahkan seorang gadis cantik dengan melemparkannya kedalam Sungai Hwang-Ho.
e. Dewa Ho-Tien atau raja langit. Bangsa Cina menurut mitologinya keturunan dari Ho-Tien.     

Demikianlah penjelasan tentang kehidupan masyarakat peradaban Lembah Sungai Kuning.

Lebih baru Lebih lama