Organisasi Pada Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia

Organisasi Pada Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia

Ketika Jepang berhasil merebut Hindia-Belanda dari tangan Belanda pada tahun 1942, secara resmi Hindia-Belanda (Indonesia) berada di bawah pendudukan militerisme Jepang. Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia seluruh organisasi pergerakan nasional yang didirikan sebelum berpindah kekuasaan itu segera dibubarkan oleh pemerintahan militerisme Jepang.

Selama pendudukan Jepang, bangsa Indonesia dilarang untuk membentuk organisasi sendiri seperti pada masa pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda. Akan tetapi, Jepang sendiri-lah yang membentuk organisasi-organisasi bagi rakyat Indonesia dengan tujuan hendak dipersiapkan untuk membantu Jepang. Meskipun dibentuk oleh Jepang, organisasi-organisasi ini pada akhirnya berbalik melawan Jepang. Di bawah ini adalah organisasi pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia;

Gerakan 3A

Gerakan Tiga A merupakan organisasi propaganda yang dibentuk untuk kepentingan perang Jepang. Organisasi ini berdiri pada bulan April 1942 di bawah pimpinan adalah Mr. Sjamsuddin. Tujuan berdirinya Gerakan Tiga A adalah agar rakyat Indonesia dengan sukarela menyumbangkan tenaga bagi kepentingan perang Jepang. Semboyan dari Gerakan Tiga A adalah Nippon cahaya Asia, Nippon pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia. Untuk menunjang gerakan ini, dibentuk Barisan Pemuda Asia Raya yang dipimpin Sukarjo Wiryopranoto. Adapun untuk menyebarluaskan propagandanya, maka diterbitkan surat kabar Asia Raya.

Setelah tujuan utama dari organisasi ini diketahui yakni untuk kepentingan perang Jepang, rakyat Indonesia mulai tidak simpati dan meninggalkan organisasi tersebut. Pada tanggal 20 November 1942, organisasi Gerakan Tiga Aini dibubarkan.
 

PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)


Pada tanggal 9 Maret 1943, diumumkan lahirnya gerakan baru yang disebut Pusat Tenaga Rakyat atau Putera. Pemimpinnya adalah empat serangkai yaitu, Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hadjar Dewantara, dan Mas Mansyur. Tujuan Putera menurut versi Soekarno adalah untuk membangun dan menghidupkan segala sesuatu yang telah dirobohkan oleh imperialisme Belanda. 

Adapun tujuan Putera bagi Jepang didirikan adalah untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Oleh karena itu, telah digariskan sebelas macam kegiatan yang harus dilakukan sebagaimana tercantum dalam peraturan dasarnya. Di antaranya yang terpenting adalah memengaruhi rakyat supaya kuat rasa tanggung jawabnya untuk menghapuskan pengaruh Amerika, Inggris, dan Belanda, mengambil bagian dalam mempertahankan Asia Raya, memperkuat rasa persaudaraan antara Indonesia dan Jepang, serta mengintensifkan pelajaran-pelajaran bahasa Jepang. Di samping itu, Putera juga mempunyai tugas di bidang sosial-ekonomi.

Jadi, Putera dibentuk untuk membujuk para kaum nasionalis sekuler dan golongan intelektual agar mengerahkan tenaga dan pikirannya guna membantu Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Organisasi Putera tersusun dari pemimpin pusat dan pemimpin daerah. Pemimpin pusat terdiri dari pejabat bagian usaha budaya dan pejabat bagian propaganda.

Akan tetapi, organisasi Putera di daerah semakin hari semakin mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain,


a.  keadaan sosial masyarakat di daerah ternyata masih terbelakang, termasuk dalam bidang pendidikan, sehingga kurang maju dan dinamis;
b.  keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak dapat membiayai gerakan tersebut.

Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera dan mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai.

Jawa Hokokai


Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada tanggal 1 Januari 1944. Organisasi ini diperintah langsung oleh kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan). Latar belakang dibentuknya Jawa Hokokai adalah Jepang menyadari bahwa Putera lebih bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada bagi pihak Jepang. Oleh karena itu, Jepang merancang pembentukan organisasi baru yang mencakup semua golongan masyarakat, termasuk golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa Hokokai diumumkan oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada.

Sebelum mendirikan Jawa Hokokai, pemerintah militerisme Jepang terlebih dahulu meminta pendapat empat serangkai Putera. Alasan yang diajukan adalah semakin hebatnya Perang Asia Timur Raya sehingga Jepang perlu membentuk organisasi baru untuk lebih menggiatkan dan mempersatukan segala kekuatan rakyat. Dasar organisasi ini adalah pengorbanan dalam hokoseiskin (semangat kebaktian) yang meliputi pengorbanan diri, mempertebal rasa persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti.

Secara tegas, Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Jika pucuk pimpinan Putera diserahkan kepada golongan nasionalis Indonesia, kepemimpinan Jawa Hokokai pada tingkat pusat dipegang langsung oleh Gunseikan. Adapun pimpinan daerah diserahkan kepada pejabat setempat mulai dari Shucokan sampai Kuco. Kegiatan- kegiatan Jawa Hokokai sebagaimana digariskan dalam anggaran dasarnya sebagai berikut.


a.  Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan segenap tenaga kepada pemerintah Jepang;
b.  Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat persaudaraan antara segenap bangsa;
c.  Memperkukuh pembelaan tanah air.

Anggota Jawa Hokokai adalah bangsa Indonesia yang berusia minimal 14 tahun, bangsa Jepang yang menjadi pegawai negeri, dan orang-orang dari berbagai kelompok profesi. Jawa Hokokai merupakan pelaksana utama usaha pengerahan barang-barang dan terutama adalah padi sebagai bahan logistik. Pada tahun 1945, semua kegiatan pemerintah dalam bidang pergerakan dilaksanakan oleh Jawa Hokokai sehingga organisasi ini harus melaksanakan tugas dengan nyata dan menjadi alat bagi kepentingan perang Jepang.


Lebih baru Lebih lama