Sejarah Kerajaan Makassar
Sejarah Kerajaan Makassar - Kerajaan Makassar sebenarnya terdiri atas 2 kerajaan yakni Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Kedua kerajaan itu bersatu di bawah pimpinan raja Kerajaan Gowa yaitu Daeng Manrabba. Setelah menganut agama Islam, Ia bergelar Sultan Alauddin. Raja Tallo, yaitu Karaeng Mattoaya yang bergelar Sultan Abdullah, menjadi mangkubumi Kerajaan Makassar.
Bersatunya kedua kerajaan tersebut bersamaan dengan tersebarnya agama Islam ke Sulawesi Selatan. Pusat pemerintahan dari Kerajaan Makassar terletak di Sombaopu. Letak kerajaan Makassar sangat strategis karena berada di jalur lalu lintas pelayaran antara Malak dan Maluku. Letaknya yang sangat strategis itu menarik minat para pedagang untuk singgah di pelabuhan Sombaopu. Dalam waktu singkat, Makassar berkembang menjadi salah satu Bandar penting di wilayah timur Indonesia. Di bawah ini akan diuraikan secara singkat tentang Sejarah Kerajaan Makassar.
Kehidupan Politik Kerajaan Makassar
Perkembangan pesat kerajaan Makassar tidak terlepas dari raja-raja yang pernah memerintahnya, yaitu seperti berikut ini:
1. Sultan Alauddin
Memasuki abad ke-17 agama Islam berkembang cukup pesat di Sulawesi Selatan. Raja Kerajaan Makassar yang pertama memleuk agama Islam adalah Sultan Alauddin yang memerintah Makassar dari tahun 1561-1638. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Makassar mulai turut serta dalam dunia perdagangan internasional. Perkembangan yang dicapai oleh Sultan Alauddin ini menyebabkan meningkatnya kesejahteraan bagi rakyat Kerajaan Makassar dan memberikan banyak keuntungan bagi Kerajaan Makassar itu sendiri. Akan tetapi setelah meninggalnya Sultan Alauddin, keadaan Kerajaan Makassar tidak begitu banyak mengalami perkembangan.
2. Sultan Hasanuddin
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai puncak kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat Kerajaan Makassar telah berhasil menguasai seluruh daerah di Sulawesi Selatan. Tujuan dari Sultan Hasanuddin untuk menguasai sepenuhnya jalur perdagangan nusantara mendorong perluasan kekuasaan Kerajaan Makassar ke Kepulauan Nusa Tenggara seperti Sumbawa dan sebagaian Flores.
Dengan perluasan wilayah kekuasaan ini seluruh aktifitas Kerajaan Makassar telah terkonsentrasi pada kekuatan dan aktivitas kemaritiman. VOC yang memiliki daerah di timur Kepulauan Indonesia, yakni di Maluku terhalang oleh hegemoni politik Kerajaan Makassar. Pertentangan antara Kerajaan Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian dari Sultan Hasanudin untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan Hassanudin dengan sebutan "Ayam Jantan dari Timur".
Di dalam upaya menguasai Kerajaan Makassar, Belanda menjalin hubungan dengan Raja Bone, yaitu Arung Palaka (Aru Palaka). Dengan bantuan Arung Palaka dan pasukan Kerajaan Bone, pasukan VOC berhasil mendesak Kerajaan Makassar dan menguasai ibukota kerajaan. Akibatnya, Sultan Hasanuddin terpaksa harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667.
Di bawah ini adalah isi dari Perjanjian Bongaya:
1. VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), yaitu kompeni dagang Belanda memperoleh hak monopoli dagang di Makassar.
2. VOC dapat mendirikan benteng di pusat Kerajaan Makassar yang diberi nama Benteng Rotterdam.
3. Makassar harus melepaskan daerah kekuasaannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar wilayah Makassar.
4. Aru Palaka diakui sebagai raja Kerajaan Bone.
Meskipun telah menandatangani Perjanjian Bongaya, orang-orang Makassar tetap melakukan perlawanan yang berlangsung selarna dua tahun dengan pusat pertahanan di Benteng Sombaopu. Namun, Belanda tetap berupaya merebut pertahanan itu dengan menghancurkan dinding benteng dan akhirnya berhasil memaksa Sultan Hasanuddin menyerah.
3. Mapasomba
Setelah Sultan Hasanuddin turun takhta, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan VOC. Tujuannya agar Kerajaan Makassar dapat bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih keras daripada Sultan Hasanuddin, sehingga membuat VOC mengerahkan pasukannya secara besar-besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan ia sendiri tidak diketahui nasibnya. Dengan kemenangan itu, Belanda berkuasa sepenuhnya atas Kerajaan Makassar.
Kehidupan Sosial Kerajaan Makassar
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Makassar diwarnai oleh pengaruh dari ajaran Agama Islam. Mayoritas masyarakat Makassar beragama Islam sampai dengan saat ini.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Makassar
Kerajaan Makassar yang terletak di barat daya Sulawesi itu sangatlah strategis dalam jalur perdagangan internasional. Karena terletak ditengah jalur perdagangan antara Maluku dan Malaka, Kerajaan Makassar kemudian berkembang pesat menjadi salah satu pusat perdagangan. Kegiatan perekonomian masyarakat Kerajaan Makassar bertumpu pada perdagangan dan pelayaran.
Berkembangnya Makassar sebagai pusat perdagangan di wilayah timur Indonesia mengakibatkan banyak pedagang asing seperti Portugis, Inggris, dan Denmark mulai berdagang di Pelabuhan Makassar. Dengan kapal jenis pinisi dan lambo, para pedagang dari Kerajaan Makassar memegang peranan penting dalam perdagangan di Kepulauan Nusantra. Guna mengatur pelayaran dan perdagangan dalam wilayahnya, kerajaan Makassar menyusun hukum perniagaan yang disebut Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahi'e.
Kehidupan Budaya Kerajaan Makassar
Karena kerajaan Makassar bersifat maritim maka kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut, seperti pembuat alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Sampai sekarang kapal pinisi dari Sulawesi Selatan masih menjadi salah satu kebanggan bangsa Indonesia secara umum dan rakyat Makassar dan Sulawesi Selatan secara khusus. Disamping itu, masyarakat Kerajaan Makassar juga mengembangkan seni sastra, yaitu kitab Lontara.
Demikianlah penjelasan secara singkat tentang sejarah Kerajaan Makassar. Semoga penjelasan singkat ini dapat bermanfaat.......