Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya
Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada kurun abad 7 - 15 M. Di dalam artikel ini akan dijelaskan sejarah singkat Kerajaan Sriwijaya.
Sumber-Sumber Kerajaan Sriwijaya Dari Dalam Negeri
Sumber tentang Kerajaan Sriwijaya yang berasal dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka. Di bawah ini adalah beberapa prasasti yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di dalam negeri:
a. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Talang dekat Palembang, berangka tahun 605 Saka atau 683 M. Isi prasasti tersebut menceritakan perjalanan suci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang, berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000 orang. Dari perjalanan tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah.
b. Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun 606 Saka / 684 M. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk kemakmuran semua makhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha Mahayana.
c. Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang berangka tahun 683 M.
d. Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608 Saka / 686 M.
e. Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi tidak berangka tahun.
f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung Selatan tidak berangka tahun.
Sumber-Sumber Kerajaan Sriwijaya Dari Luar Negeri
Sumber-sumber Kerajaan Sriwijaya yang berasal dari luar negeri berupa prasasti ditemukan di daerah Semenanjung Melayu di daerah Ligor berangka tahun 775 M yang menjelaskan tentang pendirian sebuah pangkalan di Semenanjung Melayu, daerah Ligor. Prasasti berikutnya ditemukan di India di kota Nalanda yang berasal dari abad ke 9 M. Prasasti tersebut menjelaskan pendirian Wihara oleh Balaputradewa Raja Kerajaan Sriwijaya.
Di samping sumber-sumber sejarah berupa prasasti-prasasti, keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga diperkuat dengan adanya berita-berita dari Cina maupun berita Arab. Berita Cina tentang Kerajaan Sriwijaya diperoleh dari I-Tsing seorang pendeta Cina yang datang ke Sriwijaya sejak tahun 672 M. I-Tsing menceritakan bahwa di Kerajaan Sriwijaya terdapat 1000 orang pendeta yang menguasai Agama Buddha seperti di India dan di samping itu juga, berita dari Catatan Sejarah Dinasti Sung yang menceritakan tentang pengiriman utusan dari Kerajaan Sriwijaya ke Cina pada tahun 971-992 M.
Nama kerajaan Sriwijaya dalam berita Cina disebut dengan nama Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih, sedangkan dari berita Arab Sriwijaya disebut dengan Zabag/Zabay atau dengan sebutan Sribuza. Dari berita-berita Arab dijelaskan tentang kekuasaan dan kebesaran serta kekayaan Kerajaan Sriwijaya.
Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya
Dalam kehidupan politik Kerajaan Sriwijaya, dapat diketahui bahwa raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Kerajaan Sriwijaya diperkirakan terletak di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. Sedangkan terdapat juga pendapat yang menyatakan bahwa letak Kerajaan Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di Jambi yang juga strategis untuk perdagangan.
Di dalam perkembangan selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan di Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan melalui catatan I-Tsing, Kedah di pulau Penang juga dikuasai Sriwijaya. Dengan demikian Kerajaan Sriwijaya telah menjadi kekuatan politik dengan poros maritim pertama di Kepulauan Nusantara dan Asia Tenggara.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan internasional Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan menjadi pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun barang dari dalam maupun luar. Kedudukan Kerajaan Sriwijaya yang strategis dalam perdagangan juga didukung oleh pemerintahan raja yang cakap terutama pada masa pemerintahan Balaputradewa.
Pada masa pemerintahan Balaputradewa Kerajaan Sriwijaya memiliki armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalur-jalur pelayaran yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut. Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Kerajaan Sriwijaya meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan makmur.